Rabu, 20 Januari 2021

PERKARA CINTA


Di ruang 3 x 4 tempat biasa pikiranku bercakap-cakap dengan hati.

Kumatikan cahaya penerang ruangku.

Laluku buka jendela untuk menatap cahaya di tengah cahaya matahari yang tenggelam.

Entah kenapa bintang yang kutatap dari langit sumatera, masih sama susunannya dengan langit di Kalimantan.

Kuputar lagu-lagu sendu, lalu kucelupkan dua puting penyambung suara ke telingaku.

Kubiarkan nada, ucap, dan hembusan angin malam menembus ku.

Untuk mendamaikan hati dan pikiran yang sulit akur.


Kau tau, banyak dusta telah kutemukan seperjalan umurku.

Hanya dirimu dan koleksi buku-bukukulah yang tak mampu kutemukan kepalsuan.

Kubiarkan kepalaku menengadah ke langit yang luas memikirkan mu.

Lalu tetiba aku tersujud menyebut namamu didalam sembahku.


Di tengah seberkas cayaha malam, 

kutemukan bayang mu seperti paham rinduku

Lalu kuseruput kopi hitam layaknya buatanmu, 

Entahlah, aku pilu jika harus mengingatmu.


Mungkin kini kau menjadi cinta plantonisku.

Seperti layaknya filsuf, aku bertanya mengapa Tuhan. Megapa menciptakan cinta jika atas nama-Nya pula kita berpisah dan saling melukai?

Untunglah aku air seperti mau-Mu

Mengalir kemana tempat terrendah membawanya,

Namun kau beri kekuatan hingga mampu mengikis dan menembus batu.

Aku adalah hamba-Mu, milik-Mu, alat-Mu.

Jika Engkau ijinkan egoku, aku masih meminta dia umat-Mu yang lain menjadi milikku.

Ampunku jika Engkau tak menulis itu dalam takdirku.

Namun aku tau bahwa hidup bukan soal meninggalkan dan ditinggalkan.

Tapi hidup yang Engkau ajarkan padaku hamba-Mu

Soal berjuang dan meminta restu pada-Mu.


Kapuas, 21 September 2020


0 komentar:

Posting Komentar